2 9 2021 Di suatu hari yang cerah, seperti biasa, saya hanyalah mengutak Atik hape dan bermain dengan media sosial saya dan stalking story teman teman di media sosial saya. Dan kala itu saya menemukan teman media sosial yang dia itu acap kali stalking story saya. Dari situlah saya mulai penasaran dengan story dia. Di situ saya melihat dia ada di sebuah kali yang tidak saya kenali dan di situ dia menulis story nya dengan mancing, padahal dia tidak mancing. Dia hanya berdiri di pinggir kali tersebut. Wah, kacau juga orang ini, di dalam benakku berkata begitu :) yeah, saya lanjut stalking dan melihat dia story lagu terror dan lagu favorit yang pun saya juga suka. Pain is Forever. Di mana perihal pain selalu pun menjadi lagu-lagu andalan saya sendiri. Seperti a Painful Case yang pastinya adalah favorit song pain buat pribadi saya. Anyway, Akhirnya saya pun mengomentari dia dengan sebuah penawaran. Bagaimana kalau saya bawakan lagu pain is Forever dan akan saya dedikasikan untukmu. Karena lagu itu saya pun suka. Dan tidak mengira saya menemukan orang yang juga suka. Berangkat dari pain is Forever mulai lah terjalin pertukaran nomer ke nomer. Dan di dalam media ponsel WhatsApp saya pun dia juga stalking. Sampe pada sebuah titik kala itu saya mengirim poster mencari seorang drummer, tiba-tiba dia bercerita kalau pun dia juga suka dan ingin bisa ngedrum. Nah, dari situlah saya memberikan penawaran. Kamu mau bisa ngedrum? Saya akan ajarkan sampai bisa. Tapi saya juga butuh drummer. Jadi, sambil menyelam minum air. Kamu berlatih saya mengaransemen lagu sembari melatih kan. Ya, begitulah perjalanan ceritanya. Dari pertanyaan demi pertanyaan. Kala itu dia masih berada di solo. Belum di Jogja. Saya tidak sabar. Tapi ya tidak mengapa lah. Dia pun masih banyak bercerita tentang kegiatannya di sana. Ya, di solo party selalu katanya. Pun dia semacam betah di sana. Alhasil hari yang di nantikan pun datang. Dia sudah di Jogja. Ada beberapa obrolan perihal penawaran datang ke beberapa pameran yang dia pun menawarkan. Dia ikut saya. Seperti jelas dia penyuka seni yang kerap menyebut kata cuan. Sudahlah, Saya pun menawarkan untuk bertemu di studio musik yang dia pun pernah tau karena sering teman temannya main di sana walaupun dia belum pernah kesana. Ya akhirnya saya berangkat ke studio tanpa hape yang berkuota. Tapi saya mengatakan sebelumnya ke dia bahwasanya tidak ada kuota ketika di studio. Dan tibalah saya di studio. Dan dia tidak ada. Dan yang ajaib kala itu. Pesan tertulis dia ke hape saya bisa masuk? Padahal jelas-jelas saya tidak ada kuota. Saya pun membalas dan masuk. Wah, ajaib. Dan hari itu dia tidak datang. Saya kecewa. Dan lumayan putus asa. Karena prinsip saya ya kalau datang ya harus datang. Tidak perduli dengan urusan hape yang tanpa kuota. Pun esok dia memberi penawaran hari Sabtu malam Minggu kita ketemu di studio dari sore. Yes, saya pun datang dan kita ketemu di depan gang studio dan bertemu. Di pertemuan pertama saya memberi komen, kamu laki? Atau cewek? Dia pun spontan menjawab, cewek lah. Loh? Kok bulu di kaki mu panjang banget seperti laki? Canda saya kala itu. Dan akhirnya kita menuju warung burjo terdekat di pinggir jalan. Disitu kita pun ngobrol dan mulai perbincangan awal pengenalan. Dia orang yang menarik dalam berbincang. Seperti koneksi obrolan bisa tertuju. Selepas habis minum di burjo. Kita putuskan untuk ke studio. Ya, bayar burjo dia yang membayar karena cuan recehan saya tidak mencukupi. Oks, akhire kita ke studio. Di situ saya di lema ingin segera latian. Dia bercerita masa kecilnya punya drum set yang akhirnya di buang oleh bapaknya ketika kumat. Entah, Dan kala itu cuan saya pun mencukupi untuk latihan. Dan latian lah kita kala itu untuk pertama kali nya. Yeah, cukup seru. Mengajari drum awal. Lucu. Dan saya mengiringi dengan musik. Cukup menyenangkan. Hingga obrolan sembari latian berlari ke arah obat obatan yang kita kenal dengan sapi. Ya. Di situlah dia mengatakan tanpa ditanya. Aku punya. Tapi cuma 1. Nah, umum sebagai penyuka saya pun meminta separuh. Alhasil tidak berhasil di paruh malah saya jadi lupa dengan alat yang saya pakai untuk memotong obat apalah itu. Ga jelas. Separuh dia bawa. Separuh entah terbang kemana. Haha. Kita pun bubar. Dia dengan kehidupannya. Dan saya dengan kehidupan saya yang hanya begitu saja. Dan, genap tiga hari kemudian saya di kagetkan dengan hilangnya kotak yang saya pakai untuk memotong obat tersebut. Yang notabene di dalamnya berisi data-data arsip saya untuk bermusik dan penggandaan. Sempat putus asa. Sedikitnya saya marah besar dengan dia. Kesimpulan saya. Cuma 1 kenapa tidak diberikan saja kesaya. Marah kala itu saya tujukan ke dia. Dia pun menerima. Tidak ada masalah. Kalau sampe hilang ya berarti memang kita pun hilang dan sudah. Tidak ada lagi kita. Saya pun menanyakan ke pemilik studio tersebut sembari pasrah. Dan sudah pesimis pulak. Tapi, ternyata semua nya ketemu. Kotak utuh dan ada dan tidak ada yang hilang secuil pun. Saya sampe mengabari nya. Kita jodoh! Haha. Saya pun gila. Seketika esok saya kesana dan kebetulan ada janji bersua dengan teman dari Madiun. Dia pun datang juga. Di situ kita semua bertemu sua di studio sampe malam. Dan akhirnya kita pulang masing-masing. Ya ada sedikit latihan di studio juga. Lepas dari kegiatan sablon menyablon untuk hadiah buat pemilik studio. Dan juga dia yang awal praduga saya adalah jodoh. Karena kotak yang hilang ketemu. Esok harinya saya mengajak dia ke Bob sick teman saya dan ke rumah teman lama saya di gamping. Ada kerjaan meniup balon dan obrolan tidak tentu arahnya. Setidaknya kala itu saya mencoba memperkenalkan personaliti saya ke dia. Ya, yang akhirnya saya minta untuk tattoo. Dan tattoo lah. Tanpa sebab dia pun minta tattoo. Ya akhirnya saya tattoo. Dia minta garis di tangan. Dan scar di dekat jari jempolnya. Dan penawaran untuk latihan dia punya cuan. Oke. Di situ kita latihan. Selepas latihan dia minta lanjut tattoo nya. Minta sampai selesai. Dan ketika selepas latihan entah kenapa saya merasa bernafsu ke dia. Di situ spontan saya membukanya dan spontan menjilati tanpa berfikir bagaimana dengan dia. Tidak mengapa. Yes. Kita pun menuju hotel di Kaliurang untuk menyelesaikan tattoo di lingkar tangannya. Malam itu kita pun menyelesaikan tattoo tersebut. Dan mulai lagi. Saya tidak kuasa menahan birahi saya. Pun mulai saya melakukan hal tersebut dan dia memberikan tanpa perlawanan. Indah sekali malam itu. Sekali. Kala kedua saya minta dia diatas. Dan dia berkata mager. Oke, tak mengapa saya tetap bermain sendiri sampe 2x dengannya. Kala itu. Pertama kali dalam hidup saya tidak mau kehilangan moment ajaib satu ini. 2 September 2021. Keajaiban yang tidak mau saya lewatkan. Saya memaksa untuk bisa 3x. Anal saya lakukan. Dan dia berkata, wah, marai kepeseng!dan, normal kembali. Tapi, karena saya cukup phobia dengan kegelapan. Tanpa sebab pun 3 itu gagal. Sedih. Saya pantang menyerah. Saya mencari sabun dan saya coba lagi untuk berdiri. Masih gagal. Saya pun menyerah. Dan, saya bertanya ke dia, meminta, tolong oral saya, ternyata dia mau, dan itu enak sekali, sampai lupa kalau sabun belum saya basuh. Dan komen pun datang. Kok? Pait? Haha, saya pun langsung spontan membasuhnya. Moment yang gila. Karena berakhir tanpa hasil. Saya pun bermain dengan v dia untuk kepuasan hati saya semata. Sampe pada waktunya di kala saya sudah bisa dan dia tertidur dengan lagu lagu emo Doom nya, saya ingin memulai lagi. Dan, pun dia berkata lecet. Dan menolak. Dan, sudah, habis sudah moment keajaiban yang indah kala itu. THE END STORY TELLER. D💀A
https://youtu.be/9KmT2VpHJPo